PEMERINTAHAN KOLONEL SALEH LASATA- KOLONEL INF.H. DJAMALUDIN BEDU ||RINGKASAN MATERI MUATAN LOKAL
RINGKASAN MULOK
PEMERINTAHAN
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||
DISUSUN OLEH :
XI IPA-7
KELOMPOK 5
Ø YUSUF
AMIRUDIN
Ø MUH.
APRIZAL OKA
Ø MUH.
FATHRA ALFAIEN
Ø ARI
SAPUTRA
Ø RISKI
ANGGRAINI
Ø LM.
FARHAN ZABIR
Pemerintahan Koloel Saleh Lasata
(3-10-1997 s/d 1999)
Sebagai refleksi dari percaturan
politik di Muna yang semakin hangat maka oleh pihak pemegang keamanan
teritorial secara konsultatif dengan Gubernur dan pihak terkait untuk
menempatkan pemimpin pemerintahan (Bupati) dari kalangan militer di
daerah-daerah yang dianggap berpotensi konflik termasuk di Kabupaten Muna. Figur
yang diturunkan untuk berkompetisi dalam pemilihan DPRD pada periode pasca
transisi adalah Kolonel Saleh Lasata. Sekedar untuk bahan analisa bahwa selama
pemerintahan orde baru ketika figur
militer berkompentesi dengann
figur figur sipil maka bisa di pastikan yang memenangkan kmpentesi adaah figur
militer. Realita terbukti di muna bahwa
ketika Salelasata berkompetisi dengan sipil maka beliau dapat mengisihkan rifal rifalnya.Maka tercatatlah
dalam lembaran sejarah bahwa sejak tahun 1997 untuk pertama kalinya yang
menjadi bupati muna berasal dari kalangan militer, memimpin pemerintaha sebagai
Bupati muna ke VIII .
Pada masa
pemerintahannya beliau melanjutkan pembangunan pasar sentral Laino yang telah
dibangun bupati sebelumnya dn sekaligus meresmikanya untuk di operasikan
sebagai kegistan perdagangan masyrakat. Semula masyarakat masih menolak untuk
memindahkan aktivitas dagangannya di laino. Kemudian setelah pasar sentral
laama ( sekarang di alun-alun)
Terbakar dua kali
dalam jangka 1 tahun baru masyrakat secara spontan memindahkan kegiatan di
pasar sentaral laino . Sisi positif pemindahan pasar sentral sebagai pusat
kegiatan perdagangan di laino (sentral sekarang ini) sangat menguntungkan
masyrakat ,khususnya masyarakat pesisir pantai(daerah sebrang) karena sekitar
sentral di lengkapi dengan fasilitas dermaga sebagai sarana transportasi
masyaralkat di daerah sebrang. Di samping itu juga ,keuntungan yang di peroleh
masyarakat dari pemindahan sentral adalah merupakan upaya pengembangan kota
raha.
Saleh Lasata yang memerintah hanya
sekitar 2 tahun yaitu antara tahun 1997-1999 karena hanya melanjutkan program
pemerintahan maola daud pada periode ke2 nya . pemerinthan Saleh lasata juga
tidak melakukan inivasi –inovasi baru dalam pembangunan, halini di
latarbelakangi oleh beberapa faktor antara lain:
1.
Suhu peta politik di Muna yang
semakin tinggi sehingga pemerintahan(eksekutif) tidsk dapat merealisasiakan program-program
nya.
2.
Konflik politik secara paca
pemerintahan Maola Daud masih terys berlanjut sehingga pembenahan stabilitas
aparatur menjadi prioritas pemerintah Saleh Lasata saat itu.
3.
Program pemerintahan Saleh Lasata
sedikit atau kurang berorieentasi pada pembangun fisik tetapi konsekuan kepada
pemberdayaan ekonomi kerakyatan namun mengalami kegagalan karena masyarakat
belum siap untuk menerima program
semacam itu.
4.
Pemeintahan Salleh Lasata hanya 2
tahun sehingga dalam waktu yang singkat tentu tidak dapat merealisasikan
program-programnya.
Demikian urain pemerintahan Saaleh Lasata
yang berakhir pada tahun 1999.
Pemerintahan
kolonel inf. H. Djamaludin bedu (1999-2000)
Setelah pemerintahan saleh lasata
berakhir maka pimpinan pemerintahan selanjutnya adalah kolonel inf. H.
Djamaludin bedu sebagai bupati muna ke IX. Pemerintahan djamaludin bedu yang
terlalu singkat tidak dapat melakukan manufer positif dalam pembangunan.
Hal ini di sebabkan oleh beberapa
hal:
1.
Pada saat itu terjadi suatu peristiwa
ketatanegaraan yang menguras konsentrasi birokrasi, karena dalam waktu 1 tahun
terjadi 2 kali pelaksanaan pesta drmokrasi yaitu pemilu 1997, tetapi karena
dianggap tidak sesuai dengan agenda reformasi maka tahun 1999 dilaksanakan lagi
pemilu. Kondsi ini tentu menghambat program pembangunan karena pemerintah
terkosentrasi pada pelaksanaan pemilu, dan legislatif terpilih tidak dapat
melaksanakan tugas-tugasnya karena masa jabatannya hanya 1 tahun.
2.
Pemerintahan djamaludin bedu dalam
waktu singkat itu tidak dapat merealisasikan program-programnya, karena secara
konstitusional sesuai dengan agenda reformasi bahwa legislatif dan eksekutif
yang baru adalah mereka yang memenuhi syarat sesuai pemilu1999 sedangkan
eksekutif dari kalanga militer apabila maju sebagai bupati maka harus
meninggalkan predikat militernya atau dengan kata lain harus berpredikat
sebagai sipil. Dari kondisi ini maka pemerintah tidak dapat berkosentrasi pada
implementasi program-programnya.
3.
Gema reformasi yang merebak
diseluruh nusantara termasuk di muna mempengaruhi seluruh aspek kehidupan
khususnya dalam aspek politik sehinggah pemerintah dalam menetapkan
kebijakan-keijakannya di hantui oleh agenda-agenda tersebut. Dan tentu pada
pola baru itu yang belum di dasari oleh konstitusional permanen sehingga
membuat pengambil kebijakan bersifat apatis dan apriori.
Ketiga indikasi tersebut menjadi
penyebab pemerintah tidak berbuat lebih efektif maksimal sehinggah mepengaruhi
proses pembangunan baik fisik maupun non fisik.
Ketika agenda reformasi
mengisyaratkan bahwa bupati harus dari
kalangan sipil, maka djamaludin bedu lebih memilih kembah ke abri sehinggah
beliau tidak masuk sebagai salah satu calon bupati muna saat ini. salah satu
keberhasilan beliau dalam aspek politik adalah mensukseskan pelaksanan pemilu 1
di era reformasi di kabupaten muna, karena pelaksanaan pemilu dimuna berjalan
secara aman dama, jujur dan adil, serta tidak terindikasi adanya
gerakan-gerakan fisik yang merugikan. Pemilihan bupati ini merupakan perubahan
peta politik di muna karena semula legislatif didominasi Golkar, tetapi dari
hasil pemilu 1999 golkar hanya memperoleh 16 kursi, pdip 4 kursi, pdi 1 kursi,
ppp 2 kursi, pari 1 kursi, pkb 1 kursi, pan 2 kursi, abri 3 kursi (kesbang
2005).
Dari data perolehan kursi di
legilatif, walaupun golkar masih berada pada posisi lebih banyak dari partai
lain,akan tetapi paling tidak akan dikontrol oleh partai-partai kecil lainnya,
sehingga ada keseimbangan kekuatan politik di legislatif.
Pemerintah Djamaludin Bedu
memperlihatkan karakter militernya, sehingga pada masa pemerintahannya dpaat
mengontrol ilegal liging yang disutradarai oleh anggota ABRI dan Kepolisian.
Komentar
Posting Komentar